HIDUP DALAM KEHANCURAN & KERAPUHAN


Seringkali kelemahan diijinkan Tuhan ada di dalam hidup kita. Di dalam 2 Korintus 12:7-10, Paulus mengatakan bahwa ia diberi duri di dalam daging agar ia dapat belajar untuk tidak meninggikan diri. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ayat 10).
Demikian pula yang dikehendaki Allah dalam hidup setiap kita. IA mau kita belajar untuk rendah hati menerima semua kelemahan dalam diri kita dan hidup dalam kehancuran.
1. Mengembangkan teologi kelemahan
Lebih baik kita dengan rendah hati mengaku bahwa "Aku memang lemah" tetapi dikuatkan oleh Tuhan Yesus daripada kita mengaku bahwa kita memang kuat. Pada umumnya, dalam menghadapi permasalahan, ada tiga macam reaksi yang kita tunjukkan:

Lari. Sebagian orang memilih untuk melarikan diri dari hal-hal yang menekan mereka lewat banyak hal. Beberapa yang sangat rajin mengikuti ibadah untuk lari dari semua kesumpekan di rumah, lainnya menyibukkan diri dalam pekerjaan, bahkan ada pula suami-suami yang menemukan pelarian dalam pelukan wanita lain. Ada banyak hal yang dapat kita jadikan sebagai pelarian kita. Semua itu tidaklah menyelesaikan semua permasalahan kita. Karena, itu berarti kita lari dari kenyataan dan tanggung jawab. Tuhan ingin kita mengalami dan menghadapi semua situasi itu dengan bergantung hanya kepadaNya.

Melawan. Sebagian lainnya menyadari bahwa mereka punya masalah atau kelemahan, tetapi tidak bisa berdamai dengan semua itu. Mereka memilih untuk memberontak dan menghadapi semuanya dengan kemarahan. (orang yang bereaksi dengan melawan biasanya sulit mengendalikan emosi dan mudah meledak-ledak).


Bersembunyi. Sisanya memilih untuk menutupi semua masalah atau kelemahan mereka. Semuanya tersimpan rapat-rapat di dalam dirinya dan tidak ada seorangpun tahu. Mereka tidak jujur dengan keberadaan mereka. Ingatlah bahwa keterbukaan adalah awal dari kemerdekaan. Mengakui kelemahan butuh penyangkalan diri tetapi mengakibatkan sebuah kemenangan.

2. Menerima karunia keterbatasan
Gideon pernah berada di dalam situasi dimana ia harus berperang melawan 135.000
orang. Awalnya, ia mengumpulkan pasukan sebanyak 35.000 orang, tapi Tuhan memerintahkan untuk menyeleksi mereka sampai tersisa 300 orang. Secara logika, tidak mungkin 300 orang dapat menang berperang melawan 135.000 orang. Tetapi dalam kenyataannya Gideon dapat memenangkan peperangan tersebut. Dari sini, Tuhan ingin menunjukkan kepada Gideon bahwa semua itu bukan karena kekuatannya sendiri, melainkan Tuhan yang berperang bagi dia.

Contoh lainnya adalah kehidupan Paulus yang dari waktu ke waktu dia bertumbuh dalam pengenalan akan dirinya yang lemah :
@ Galatia 2:6 (±49M): "Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu- bagaimana kehidupan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku..." (ia terdengar sombong dan keras kepala) @ Enam tahun kemudian (±55M): "Aku adalah yang paling hina dari semua Rasul" 1Korintus 15:9
@ Lima tahun kemudian (±60M): "... yang paling hina di antara segala orang kudus..."
@ Dua tahun sebelum kematiannya: "... akulah yang paling berdosa" (1Tim 1:15)
Dari perkataan-perkataan Paulus, kita melihat bahwa semakin dia bertumbuh dalam Tuhan, dia semakin menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya hanya karena anugrah Tuhan sehingga dia semakin rendah hati.

3. Melakukan transisi menuju Gereja sebagai dasar dalam kelemahan
Mulai sekarang, kita harus mampu berkata "Saya akan berjalan dari kegagalan-kegagalan, kelema
han-kelemahan, pergumulan-pergumulan, bukan dari kesuksesan-kesuksesan saya". Belajar untuk mengakui kelemahan dan mengembangkan kebiasaan untuk selalu terbuka dan tampil apa adanya.
Jangan sampai kita menjadi munafik yang hanya kelihatan hebat di depan semua orang, tetapi sebenarnya hati kita hancur. Belajar untuk tetap berjalan walaupun kita masih penuh dengan kelemahan. Karena saat kita mengakui semuanya itu, Tuhan akan dengan setia menopang dan menguatkan kita.

Di dalam Alkitab, orang-orang yang dipakai Allah adalah orang-orang yang terbatas dan lemah: Musa gagap, baju zirah Daud kebesaran, Yohanes Markus meninggalkan Paulus, Timotius menderita bisul-bisul, Istri Hosea adalah pelacur, satu-satunya pelatihan yang diikuti Amos adalah bercocok tanam, Yakub penipu, Daud berselingkuh, membunuh, dan menyalahgunakan kekuasaan, Naomi adalah seorang janda, Paulus penganiaya, Musa pembunuh, Gideon dan Tomas sama-sama ragu, Yeremia depresi dan punya kecenderungan bunuh diri, Elia mengalami kejenuhan, Yohanes Pembabtis besar mulut, Marta penuh kekuatiran, Nuh mabuk, Salomo terlalu kaya dan Yesus terlalu miskin, Abraham terlalu tua dan Daud terlalu muda, Petrus takut mati dan Lazarus mati, Musa pemarah (juga Petrus, Paulus, dan pahlawan Alkitab lainnya).

Dari semuanya ini dapat kita lihat bahwa Tuhan tidak melihat kelemahan, tetapi Dia melihat kerendahan hati kita untuk mau mengakui kelemahan dan mengijinkan Tuhan untuk berkarya dalam hidup kita, sekalipun lewat kelemahan kita. Tidak ada manusia yang sempurna, namun di dalam Tuhan selalu ada hal yang luar biasa dalam kehidupan kita.

Pdt. Drs. Ronny Daud Simeon, MPM.