KACANG LUPA KULIT

Kacang lupa kulit adalah ungkapan kiasan untuk menyebut orang yang lupa akan masa lalunya dan menjadi sombong. Misalnya, seorang gadis berasal dari desa, merantau ke kota, berhasil menjadi artis terkenal, lalu sikap dan perilakunya berubah menjadi sok, jauh dari tata krama.

Ungkapan itu juga bisa dikenakan pada orang yang tidak tahu berterima kasih, lupa akan jasa-jasa orang yang pernah menolong dan membesarkannya. Seperti si Malin Kundang, tokoh dalam salah satu cerita rakyat dari Sumatra Barat. Malin Kundang adalah pemuda yang meraih kesuksesan di rantau, tetapi kemudian ia tidak mau mengakui ibunya sendiri, sehingga dikutuk menjadi batu.

Tuhan sangat tidak berkenan dengan sikap "kacang lupa kulit". Itulah sebabnya berulang kali Dia mengingatkan umat Israel tentang status mereka dulu, yaitu sebagai budak-budak di Mesir, dan bahwa Tuhanlah yang telah membebaskan mereka. Tujuannya supaya mereka tetap mengandalkan Tuhan, dan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain. Sekaligus supaya mereka juga memiliki empati dan kepekaan untuk membantu orang lain yang membutuhkan seperti mereka dulu.

Maka, baiklah kita terus mengingat karya kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita selalu terdorong untuk memakai segala yang ada pada kita untuk kemuliaan-Nya. Dan, baiklah kita juga tidak melupakan peran dan jasa orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita raih, sehingga kita bisa tetap menunjukkan rasa terima kasih kita kepada mereka. Bukan seperti kacang yang lupa pada kulitnya.

Ulangan 15 : 12 – 18

15:12. "Apabila seorang saudaramu menjual dirinya kepadamu, baik seorang laki-laki Ibrani ataupun seorang perempuan Ibrani, maka ia akan bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh engkau harus melepaskan dia sebagai orang merdeka.
15:13 Dan apabila engkau melepaskan dia sebagai orang merdeka, maka janganlah engkau melepaskan dia dengan tangan hampa,
15:14 engkau harus dengan limpahnya memberi bekal kepadanya dari kambing dombamu, dari tempat pengirikanmu dan dari tempat pemerasanmu, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kauberikan kepadanya.
15:15 Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu; itulah sebabnya aku memberi perintah itu kepadamu pada hari ini.
15:16 Tetapi apabila dia berkata kepadamu: Aku tidak mau keluar meninggalkan engkau, karena ia mengasihi engkau dan keluargamu, sebab baik keadaannya padamu,
15:17 maka engkau harus mengambil sebuah penusuk dan menindik telinganya pada pintu, sehingga ia menjadi budakmu untuk selama-lamanya. Demikian juga kauperbuat kepada budakmu perempuan.
15:18 Janganlah merasa susah, apabila engkau melepaskan dia sebagai orang merdeka, sebab enam tahun lamanya ia telah bekerja padamu dengan jasa dua kali upah seorang pekerja harian. Maka TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala sesuatu yang kaukerjakan."

HANYA PERKATAAN

Suatu hari, seorang pendeta dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk dan tak berdaya untuk membantu, pendeta itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini:

Saya kelaparan ...

dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya

Saya terpenjara ...

dan Anda menyelinap ke kapel untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya telanjang ...

dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya

Saya sakit ...

dan Anda berlutut menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda

Saya tidak punya tempat berteduh ...

dan Anda berkhotbah tentang Allah sebagai tempat perteduhan abadi

Saya kesepian ...

dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...

Puisi ini barangkali membuat wajah kita merah. Bukan karena marah pada sang pendeta, melainkan karena kita sendiri mungkin tak jauh beda dengan pendeta tersebut. Ya, dalam memberi bantuan, kita kerap lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, tak ada satu pun tindakan nyata yang kita lakukan. Jika demikian, ingatlah bahwa kita mesti mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan.


Matius 25 : 35 - 46
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

TIDAK DAPAT DIKEJAR KEMBALI


Di dalam kehidupan ini, ada hal-hal yang jika berlalu maka tidak dapat dikejar / diperoleh kembali.

Mau tahu lebih mendetail ?

Download file pps : 4 things you cannot recover

Tuhan memberkati !

MELEPAS UNTUK MENDAPATKAN

Banyak orangtua sangat berharap dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke bangku kuliah. Meski biaya yang dibutuhkan sangat banyak, itu tidak menyurutkan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak sedikit orangtua yang siap menjual harta bendanya, termasuk barang-barang yang sangat mereka sayangi. Mereka sadar ada yang harus dilepaskan demi mendapat apa yang mereka impikan.
Hal di atas mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya memandang Kerajaan Surga. Yakni memandangnya seperti harta terpendam dan mutiara yang indah. Saat kita melihatnya sebagai "mutiara" yang jauh lebih berharga dari segala harta, kita akan rela melepas segala milik kita demi mendapatkan yang paling berharga. Sayang, pada zaman ini manusia kerap bersikap sebaliknya. Berbagai keindahan semu menutupi pandangan manusia bahwa Surga itu yang paling berharga.
Membuat mereka-sebaliknya-rela melepaskan Kerajaan Surga demi mendapatkan yang semu dan sementara itu. Harta atau posisi bisa membuat seseorang menghalalkan cara-yang tak berkenan bagi Tuhan-demi menggapainya. Cinta kepada lawan jenis dapat membuat seseorang rela mengompromikan iman. Kesibukan di pekerjaan sangat mungkin membuat seseorang membiarkan kehidupan rohaninya tak bertumbuh.
Apakah yang paling bernilai dalam hidup Anda saat ini? Apakah itu harta, karier, status, kekasih, keluarga, atau yang lain? Biarlah hari ini mata rohani kita dibukakan untuk melihat bahwa semuanya itu sesungguhnya tidak sebanding dengan Kerajaan Surga, yang akan kita miliki sampai kekekalan. Sebab itu, semua yang lain mesti siap untuk kita lepaskan, agar kita tak kehilangan yang kekal.

Matius 13 : 44-46
44 "Hal kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
46 Setelah ditemukan mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu"

MEWUJUDKAN RESOLUSI



Yakobus 4:13-17

13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",

14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Menyusun resolusi adalah hal yang kerap dilakukan orang di awal tahun. Namun, banyak orang begitu semangat menyusun resolusi agar menjadi "lebih baik", kemudian lupa ketika waktu berlalu.

Ada banyak hal membuat kita sulit mewujudkan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kegagalan kita, yakni saat kita menyusun resolusi dengan pertanyaan yang salah, "Apa yang ingin saya capai tahun ini?" atau "Apa yang ingin saya lakukan tahun ini?

"Sebagai orang-orang yang menjadikan Yesus sebagai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada pertanyaan,"Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?"

Ada dua alasan mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi.
Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (ayat 15).

Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di sepanjang tahun kedepan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersama-Nya.

Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus resolusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan sekadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia.

Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Peganglah janji Tuhan, bahwa Dia akan "turut bekerja dalam segala sesuatu" disepanjang tahun ini.


JANGAN KATAKAN KEPADA TUHAN APA YANG BAIK MENURUT KITA
TANYAKAN KEPADA TUHAN APA YANG DIA PIKIR BAIK BAGI KITA