MARLIN'S LOVE

Marlin dan Coral, sepasang ikan badut, sedang menanti telur-telur mereka menetas. Mereka asyik membicarakan nama anak-anak mereka nanti. Mereka juga mengenang masa indah pertemuan mereka dulu. Namun, rupanya bahaya mengintai mereka. Seekor barakuda berkelebat dan menerjang sarang mereka! Akibatnya, Marlin kehilangan Coral dan seluruh telur mereka. Seluruhnya? Oh, ternyata masih tertinggal satu butir! Dengan penuh sayang Marlin melindungi telur itu, dan bertekad untuk selalu melindunginya. Nemo, nama ikan dari telur yang tersisa itu, sudah dicintai ayahnya, bahkan sebelum ia menetas.

Cinta Marlin dalam film Finding Nemo mengingatkan kita akan kasih ilahi. Namun kasih-Nya jauh lebih besar! Mari kita perhatikan. Manusia baru bisa menyambut bahagia seorang anak saat mereka tahu ada janin yang hadir dalam kandungan seorang wanita. Namun sungguh luar biasa Allah. Dia telah mencintai kita bahkan sebelum kita hadir di rahim ibu kita (Maz 136 : 13)!

Selanjutnya, orang mungkin menyukai kita karena berwajah cantik atau tampan, berdompet tebal, berbakat mengagumkan, berkedudukan tinggi, atau berjasa baik. Dengan kata lain, kita dicintai karena kinerja atau kebaikan kita. Namun, Allah mengasihi kita jauh sebelum kita mampu melakukan sesuatu bagi Dia (ayat 16). Allah bahkan tetap mengasihi sekalipun kita kerap memberontak kepada-Nya, karena Dia telah memutuskan untuk mengasihi kita.

Hari ini, sejak kita bangun di pagi hari, kasih Allah sudah menyambut kita. Mari kita menghambur ke dalam pelukan-Nya dan mengucap syukur!

Mazmur 139 : 16
Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

CASTAWAY

Dalam film berjudul Castaway, Tom Hanks berperan sebagai Chuck Noland, seorang manajer Federal Express yang sangat menghargai waktu. Ia terdampar di sebuah pulau padang gurun terpencil. Karena hubungannya dengan manusia dan kenyamanan modern terputus sama sekali, mau tak mau ia harus mempelajari keterampilan primitif manusia gua. Ia melakukan usaha ekstra untuk belajar menangkap ikan, membuat api dengan menggesek-gesekkan ranting, dan memecah kelapa untuk mendapatkan air serta dagingnya yang manis.

Film tersebut begitu kaya akan pemandangan tentang betapa sulit hidup jadinya bagi seseorang yang terdampar di padang gurun. Dalam Alkitab, padang gurun sering menjadi latar karya agung Allah di hati manusia. Yesus biasa menyepi ke padang gurun untuk berdoa dan mendapatkan petunjuk (Markus 1:35). Dengan latar yang hampir sama, Allah memberi makan Nabi Elia yang sedang putus asa dengan makanan surgawi (1 Raj. 19:1-10), dan di padang gurun, seorang Etiopia merenungkan Injil (Kis. 8:26-40). Setelah bertobat, Paulus menyepi ke padang gurun di Arab dan diajar oleh Roh Kudus (Gal. 1:15-18).

Apakah Anda juga sedang merasakan pengalaman "padang gurun"; terkucil dari teman-teman dan keluarga? Jika ya, barangkali Tuhan ingin mengajarkan kepada Anda iman dan kegigihan, yang tak akan pernah Anda pelajari dalam kerumunan orang-orang sibuk .

Mazmur 119 : 71
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

RACOON

Rakun adalah binatang yang lucu dan menyenangkan. Tapi awas ...., bisa saja satu menit ia akan merapat di pangkuan anda seperti malaikat yang sempurna, tetapi menit berikutnya ia akan bergerak seperti iblis yang jahat. Jika tidak dicegah, ia akan menyerbu tong sampah, merusak taman bunga dan melakukan banyak hal lainnya yang pasti akan sangat merepotkan dan merugikan kita.
Meskipun ia seekor binatang peliharaan yang menyenangkan, harus disadari bahwa tindakan-tindakannya yang merusak tersebut dikendalikan oleh nalurinya yang liar. Bagaimanapun ia akan selalu memiliki sifat alami seekor rakun, dan harus diawasi dengan ketat walaupun ia tampak jinak.

Ketika kita mengamati perilaku seekor rakun, terlihat adanya kemiripan dengan sifat dosa yang tetap kita miliki sebagai orang kristiani, meskipun Roh Kudus sudah tinggal di dalam diri kita. Paulus menyebut hal ini sebagai "daging" yang di dalamnya "tidak ada sesuatu yang baik" (Roma 7: 18). Hal tersebut memang dapat kita kekang, tetapi tetap ada di dalam diri kita.
Apabila kita tidak dikendalikan oleh Tuhan setiap hari, maka "diri" kita yang lama akan memperagakan kapasitasnya sebagai pencari kesenangan yang menghancurkan dalam berbagai cara.

Meskipun kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), kita masih memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Tetapi kita tidak perlu dikendalikan olehnya, karena kita dipersatukan dengan Kristus dan Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Dengan menaati firman Allah dan berserah kepada Roh Kudus (Roma 8:11), kita dapat menang atas daging sifat alami seekor binatang yang ada di dalam diri kita.

Galatia 5 : 25
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.

TO BE CONTINUED

Apakah Anda menyukai cerita bersambung? Bayangkan seandainya Anda sedang membaca artikel dalam sebuah majalah atau sedang menonton acara televisi selama setengah jam, dan Anda sampai pada adegan ketika sang pahlawan terjun ke air untuk menyelamatkan kekasihnya yang hampir tenggelam. Kemudian Anda dibiarkan penasaran dengan kata-kata: "Bersambung." Sungguh mengesalkan bukan !

Suatu ketika saya merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat tulisan pada sebuah batu nisan dari seorang pengikut Kristus. Tulisan itu berbunyi : BERSAMBUNG DI ATAS SANA.

Ya, hidup ini merupakan bab pertama dari buku kehidupan. Entah bab itu panjang atau pendek yang jelas itu bukan akhir kehidupan, melainkan masih bersambung. Menurut orang-orang percaya, bab itu akan bersambung di surga dengan Tuhan kita. Tidak ada kata "bersambung" antar bab ; Anda tidak perlu menunggu sambungannya sampai bulan depan atau mendengarkan babak kesimpulannya minggu depan. Bab dua langsung mengikuti bab pertama tanpa perhentian. Bab itu berlanjut dengan segera, karena kita "beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan" (2 Korintus 5:8).

Apakah isi dari bab selanjutnya dalam kehidupan Anda? Cepat atau lambat bab itu akan ditulis, entah di surga atau di neraka. Ingat, ketika tiba saatnya bagi Anda untuk meninggalkan dunia ini, itu bukanlah akhir kisah. Kisah kehidupan Anda akan "bersambung" -- tetapi di mana?

KEMATIAN MERUPAKAN BAB TERAKHIR DARI PERJALANAN WAKTU DI DUNIA INI
TETAPI MERUPAKAN BAB PERTAMA DARI KEKEKALAN

1 Yohanes 5 : 13
5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

PIKIRKANLAH PENDARATANNYA !

Pada sebuah halaman buku berjudul 365 Stupidest Things Ever Said (365 Hal Paling Bodoh yang Pernah Diucapkan) tertulis sebuah ungkapan yang menggelikan: "Jika Anda membeli buku kami yang berjudul, 'Enam Langkah Mudah untuk Terbang', kami mohon maaf karena kelalaian kami yang tidak menyertakan bab terakhir, yakni tentang 'Bagaimana Mendarat Dengan Aman'. ' Kirimkan nama dan alamat Anda kepada kami dan kami akan mengirimkan salinan bab itu secepatnya. Setiap permintaan akan segera kami balas."

Sungguh tidak dapat membayangkan bagaimana seorang pilot dapat menerbangkan pesawat tanpa mengetahui cara mendaratkannya. Tetapi sebenarnya ada suatu hal yang lebih gila lagi telah terjadi di dunia kita ini.

Saat ini juga banyak orang juga telah "menerbangkan" hidupnya tanpa memikirkan tujuannya dan apa yang akan terjadi sesudah mereka meninggal. Mereka seperti seorang mahasiswa yang menulis, "Saya tidak akan memikirkannya sampai hal itu benar-benar terjadi. Toh, kematian saya masih panjang dan jauh."
Berapa pun usia kita saat ini, kita perlu memikirkan akhir dari kehidupan kita. Paulus menekankan betapa penting dan mendesaknya hal ini ketika menulis, "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu" (2 Korintus 6:2).

Jika Anda belum percaya kepada Kristus, percayalah kepadaNya sekarang juga! Kemudian tatkala penerbangan Anda mengarungi hidup telah selesai, yakinlah bahwa Anda mendarat dengan selamat di surga.

Ibrani 9 : 27
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.

PEMBUNUH

Sebuah surat kabar melaporkan sebuah kekerasan tragis yang terjadi di Amerika Selatan. Seorang pria telah membunuh sahabatnya ketika mereka sedang berdebat mengenai perbedaan pandangan politik mereka. Ketika ditanya mengapa ia melakukannya, ia menjawab dengan kata-kata yang menakutkan ini: "Kami memulai diskusi dengan damai, hingga kemudian kami berdebat. Karena kehabisan kata-kata, saya membunuhnya."

Tragedi ini mengingatkan kita akan pengajaran Yesus dalam Matius 5 tentang hubungan yang erat antara amarah dan pembunuhan. Pertama-tama Dia menekankan bahwa amarah itu begitu serius (ayat 21-22). Dia memperingatkan kita bahwa amarah yang disertai kebencian sama seperti pembunuhan, yang juga akan dihukum oleh Allah. Kemudian Dia memberi nasihat praktis tentang bagaimana seseorang yang memiliki ganjalan di hatinya dapat meredakan amarah (ayat 23-26).

Kita semua harus benar-benar memperhatikan kemarahan yang ada dalam hati kita. Kita mungkin berpikir bahwa kita dapat mengendalikannya. Sayangnya, sering kali justru kemarahan itu yang mengendalikan diri kita dan menyebabkan kita berbuat hal-hal yang tidak mungkin kita lakukan pada saat kita berpikir jernih.
Itulah sebabnya kemarahan yang tak terselesaikan perlu dipandang sebagai bom waktu yang dapat meledak, menghancurkan diri sendiri, dan menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada diri orang lain. Memang benar bahwa tidak semua kemarahan itu salah. Namun semua amarah perlu disadari dan diakui sebelum hal itu membawa kita pada suatu "pembunuhan".


Yakobus 1 : 19 - 20
1:19. Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

KETIDAKPASTIAN HIDUP

Satu-satunya kepastian dalam hidup sesungguhnya adalah ketidakpastian belaka. Sebagaimana Kitab Suci mengingatkan, kita "tidak tahu apa yang akan terjadi besok" (Yakobus 4:14). Pengembang real estat Larry Silverstein dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran ayat itu. Meski memiliki tanah yang menjanjikan di New York, menurut kesaksiannya, ia terobsesi untuk menjadikan Menara Kembar World Trade Center sebagai property yang dikelolanya juga. Keinginannya menjadi kenyataan. Enam minggu sebelum kedua gedung pencakar langit yang menakjubkan itu dihancurkan para teroris, ia telah mendapatkan kontrak sewa pusat perdagangan yang mewah itu selama 99 tahun seharga 3,2 miliar dolar.

Yang menyedihkan, upaya pemuasan mimpi kita kadang kala dapat berubah menjadi mimpi buruk. Hal ini mengingatkan kita tidak hanya tentang ketidakpastian hidup, tetapi juga tentang perlunya menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah. Pengalaman mengajarkan bahwa jika kita membiarkan kesombongan mengendalikan hidup kita, maka upaya pemuasan impian yang dipaksakan akan berubah menjadi debu dan abu.

Memiliki keinginan adalah sah-sah saja, tetapi kitab Yakobus memberi tahu kita bagaimana melakukan pendekatan terhadap keinginan itu. Daripada menganggap bahwa rencana dan impian kita akan terwujud, lebih baik kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu".

Bila kita menyerahkan rencana kita pada kehendak Allah, kita bisa menikmati damai sejahtera-Nya di tengah ketidakpastian hidup ini.

Yakobus 4 : 13 - 17
13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", 14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." 16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. 17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

GURUN PENYIMPANGAN

Dahulu, Muynak merupakan kota pelabuhan nelayan yang berkembang pesat di tepi Laut Aral. Namun kini Muynak hanyalah kota di tepi gurun pasir. Keadaannya menyedihkan dan berbau amis. Lambung kapal yang sudah rusak dan berkarat berderet menutupi bukit-bukit pasir. Padahal dulunya semua kapal itu berlayar di atas permukaan sumber mata air kehidupan di Asia Tengah.

Perubahan itu mulai terjadi sekitar tahun 1960. Saat itu perencana kota pemerintah Uni Soviet mulai membelokkan sumber mata air Laut Aral untuk mengairi perkebunan kapas terbesar di dunia. Tak seorang pun tahu bahwa kelak kebijakan itu ternyata menimbulkan kerusakan lingkungan. Cuaca di situ berubah menjadi sangat panas. Musim bertanam menjadi dua bulan lebih pendek, dan 80 persen tanah perkebunan hancur diterjang oleh badai garam yang berasal dari dasar laut.

Kejadian yang menimpa kota Muynak itu sama seperti dengan apa yang terjadi pada jemaat Efesus. Pada saat jemaat itu mengalami perkembangan rohani yang pesat, para orang percaya di kota Efesus malah mengalihkan perhatian mereka dari Kristus dan menyibukkan diri dengan berbagai pelayanan yang dilakukan atas nama-Nya (Wahyu 2:2-4). Mereka tidak lagi memperhatikan hal terpenting dalam hubungan mereka dengan Kristus, yaitu kasih mereka kepada-Nya.

Tuhan, tolonglah kami untuk segera mengenali dan bertobat dari berbagai hal yang mengalihkan perhatian kami untuk mengasihi-Mu. Alirilah jiwa kami yang gersang ini dengan air hidup-Mu.

Ibrani 12 : 1-2
12:1. Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.