PEMADAMAN LISTRIK

Pemadaman listrik di kota Pontianak, ibukota propinsi Kalimantan Barat adalah hal yang biasa. Pada saat saya sedang mengedit posting tulisan ini, hari ini hingga jam 12.00 WIB telah terjadi tiga kali pemadaman. Pemadaman dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan tanpa alasan yang jelas oleh pihak pengelola. Minimal sekali sehari dengan durasi pemadaman setengah jam hingga dua jam. Tanggal 27 Juni 2010 terjadi pemadaman 4 kali dengan durasi cukup lama. Nomor telepon pengaduan selalu bernada sibuk. Selain mengganggu aktivitas masyarakat, ternyata pemadaman listrik itu memperpendek umur barang-barang elektronik bahkan merusakkannya.

Sama seperti kehidupan rohani semakin banyak “pemadaman-pemadaman” dalam arti “dosa-dosa” yang dilakukan, semakin kita akan melihat banyak hal yang akan menjadi “rusak” oleh karenanya.

Dosa zinah merusak hubungan keluarga antara suami, istri dan anak-anak. Sekarang ini banyak keluarga yang rusak, kecewa, kepahitan gara-gara dosa tersebut. Alkitab juga mencatat banyak kisah kejatuhan akibat dosa kesombongan, misalnya pada kisah runtuhnya menara babel (Kejadian 11:1-9), raja Nebukadnezar yang dihukum menjadi seperti lembu (Daniel 4:1-37), atau lihat kisah raja Herodes yang akhirnya ditampar malaikat dan mati dimakan cacing-cacing (Kisah Para Rasul 12:20-23). Dan kalau kita membaca akhir dari kisah-kisah di dalam Alkitab tersebut bukankah semuanya berakhir dengan kekacauan dan kerusakan ?

Sementara ini adakah dosa-dosa kita simpan rapi-rapi dan mungkin tidak ada orang yang tahu ? Hati-hati ! Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Ingat upah dosa adalah maut.
Oleh sebab itu akuilah, bertobat dan ambil komitmen baru untuk hidup kudus.

I Yohanes 1 : 9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

I Yohanes 3 : 6

Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.

MENYENANGKAN TUHAN

Ada cerita tentang seorang bapak dengan anak laki-laki dan keledainya. Mereka menuntun keledainya hendak ke pasar. Sang bapak berjalan di samping, sedang anaknya duduk di atas keledai. Beberapa orang yang melihat berkata, "Anak itu tidak memiliki rasa hormat kepada orangtua, masak bapaknya berjalan, dianya sendiri naik keledai?"

Tidak enak mendengar kata-kata itu, sang bapak gantian duduk di atas keledai, dan anaknya berjalan. Orang-orang yang melihat berkata pula, "Kok tega sekali orangtua itu, enak-enak duduk di atas keledai sedang anaknya dibiarkan berjalan?" Mendengar itu, sang bapak meminta anaknya duduk di atas keledai bersamanya. Namun, orang-orang yang melihat berkata, "Kejam sekali, masak keledai tua begitu ditunggangi dua orang?"
Bapak dan anak itu pun turun dari keledai dan berjalan beriringan. Ternyata omongan orang-orang tidak berhenti sampai di situ. Beberapa orang yang melihat mereka berkata pula,"Dasar bodoh, punya keledai kok tidak ditunggangi?"

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Apabila kita berusaha menyenangkan semua orang, seperti bapak-anak dalam cerita di atas,kita akan "capek" dan "bingung" sendiri. Panggilan kita hidup didunia ini bukanlah untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan hati Tuhan. Karena itu, standar atau ukuran atas sikap dan perilaku kita adalah Tuhan sendiri; apakah sikap dan tindakan kita menyenangkan Tuhan. Seperti kata Rasul Paulus, "Maka kami berbicara, bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan Allah yang menguji hati kita"

1 Tesalonika 2 : 4
Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.