3 Yohanes 1 : 1 – 2
Dalam ayat tersebut, Tuhan ingin kita sehat bukan hanya secara fisik, emosional tetapi sehat dalam segala hal. Dalam terjemahan bahasa Yunani kata “baik-baik” adalah “eodou” atau dalam bahasa Inggris juga disebut “prosper” yaitu “makmur.”
Tuhan ingin kita hidup makmur, makmur bukan secara biasa tetapi makmur dalam segala hal atau makmur yang lengkap, baik secara emosional, fisik, spiritual dan juga makmur dalam hal keuangan.
Bagaimana kita bisa menuju hidup makmur?
Banyak sekali cara untuk kita bisa hidup makmur karena Tuhan tidak keberatan untuk kita menjadi kaya dan diberkati luar biasa oleh-Nya. Kemakmuran biasa disangkut pautkan dengan kata kaya. Kita boleh kaya, tetapi kita tidak boleh cepat kaya karena jika kita mengingini diri kita cepat kaya maka kita akan mematikan segala sesuatu yang baik dalam kehidupan kita semata mata agar menjadi kaya.
Terdapat beberapa prinsip untuk kita bisa hidup makmur dalam kehidupan kita :
Prinsip pertama : Tuhan ingin kita mengalami Financial Freedom atau kebebasan keuangan
Sebagai bukti, dalam Alkitab Yesus berbicara mengenai perumpamaan dan itu berkaitan dengan keuangan sebanyak 2/3 bagian dari Alkitab. Itu menandakan bahwa betapa Tuhan concern terhadap keuangan kita dan rindu memberkati kita tetapi disaat kita diberkati, Tuhan ingin agar kita tidak tamak dan sombong, namun justru diberkati untuk memberkati.
Tuhan ingin kita selain diberkati juga memberkati, seperti halnya Tuhan kita yang memiliki gaya hidup memberi termasuk memberi hidupNya mati dikayu salib untuk menebus dosa kita.
Kita juga harus mempunyai sikap terhadap harta kita, sehingga kita tidak akan kuatir lagi akan berkat yang sudah Tuhan berikan sehingga kita akan mengalami secara nyata kehidupan yang benar-benar disebut dengan kehidupan yang memiliki kebebasan keuangan. Percayalah disaat kita memberkati maka Tuhan akan lebih memberkati kita, apa yang kita tabur maka itulah yang kita tuai.
Prinsip kedua : Segala yang ada pada kita adalah milik Tuhan, kita hanyalah pengelola.
Hal ini harus benar-benar disadari sehingga kita tidak memelihara sikap ‘kikir’ atau pelit. Selain itu, dengan menyadari hal ini maka kitapun lebih bertanggung jawab terhadap harta yang Tuhan percayakan dalam hidup kita.
Seperti halnya kisah dari Alexander the Great atau Alexander Agung, dimana sebelum ia meninggal berpesan agar disaat dia meninggal dunia, dia ingin agar peti matinya diberi lubang pada tangan kanan dan kirinya sehingga tangannya bisa dkeluarkan. Ini dilakukan agar rakyatnya dapat melihat bahwa dia mati dengan tidak membawa apa-apa. Dan itu terjadi, disaat dia meninggal, peti matinya dilubangi pada sisi kanan dan kiri dan tangannya dikeluarkan dengan kondisi tangan yang kosong dengan tidak membawa apa-apa.
Hindarilah sikap hidup yang pelit atau kikir, karena harta yang ada kita bukanlah milik kita sendiri melainkan milik Tuhan. Kekikiran dapat dikalahkan dengan kita menyadari hal tersebut.
Apa beda antara “Pemilik” dengan “Pengelola” dalam hal berkat yang sudah ada?
Pemilik = Bertanggung jawab dengan dirinya sendiri sehingga tidak ada control terhadap berkat yang ada.
Pengelola = Bertanggung jawab penuh kepada pemiliknya, sehingga ada kontrol yang baik dalam setiap pemakaian harta benda yang dipercayakan.
Seperti halnya talenta, disaat Tuhan memberikan satu talenta dan kita mengembangkannya maka Tuhan akan tambah-tambahkan terus. Tetapi disaat kita sudah diberi talenta tetapi kita tidak mengembangkannya maka Tuhan akan mengambil talenta yang sudah Tuhan berikan dari kita.
Pemilik = cenderung untuk memuaskan dirinya sendiri
Pengelola = cenderung untuk menyenangkan hati pemiliknya, dan dalam hal ini kita menyadari bahwa pemilik segala harta itu adalah Tuhan sendiri.
Uang bersifat netral tetapi dari kenetralannya itu, jika kita tidak mengerti dimana posisi kita antara pemilik atau pengelola, maka kita cenderung untuk mengunakan uang untuk memuaskan nafsu kita. Jadi siapakah pemilik dari uang yang ada pada kita? Hanya satu yaitu Tuhan. Maka kita harus menyadari bahwa kita hanya sebagai pengelola dan sekarang adalah bagaimana kita menggunakan keuangan kita untuk menyenangkan hati Tuhan.
Bagaimana supaya kita bisa mengalami financial freedom?
Milikilah gaya hidup memberi.
Bukan hanya berbicara mengenai memberi dalam bentuk keuangan tetapi kita juga harus memberi dalam bentuk perhatian dan senyum kepada orang lain. Hati-hati dengan muka muram, karena muka yang muram akan menimbulkan dan mengundang dosa. Seperti dalam kisah yang terdapat dalam Kejadian 4, yang menceritakan antara adik dan kakak yaitu kain dan habel dalam hal memberikan persembahan kepada Tuhan.
Tuhan tidak overlook (hanya memperhatikan seseorang tertentu, dan tidak mampu memperhatikan yang lain saat bersamaan) tetapi semuanya bisa Tuhan lihat saat bersamaan. Satu hal yang harus kita ketahui, gaya hidup memberi akan melepaskan kita dari sifat kekikiran yang bisa membawa kita dalam kehancuran.
Ingat, saat berkat yang Tuhan berikan kita genggam dan tidak mau ditaburkan, maka besarnya berkat hanya sebesar genggaman itu. Namun saat kita mulai memberi dan menabur maka berkat yang segenggam bisa berlipat.
Kita harus menyikapi gaya hidup sesuai dengan firman Tuhan yaitu Memberi, menerima, dan mengelola. Terbalik dengan prinsip dunia yaitu Menerima, mengelola, dan belum tentu memberi (bila ada sisa baru memberi).
Salah satu bentuk memberi juga yaitu memberi pelukan kepada orang yang terluka, sebagai bentuk perhatian kita. Hanya dengan sebuah pelukan, hal itu dapat melepaskan kasih Tuhan yang menyembuhkan orang tersebut.
Dalam hal keuangan, kita memberi dalam bentuk mengembalikan persepuluhan kedalam rumah perbendaharaan Tuhan. Hal ini harus kita lakukan dengan taat dan dengan kasih, karena Tuhan berjanji membuka tingkap langit dan mencurahkan berkatnya sampai berkelimpahan kepada yang taat melakukannya.
Milikilah gaya hidup memberi dan jadilah pengelola bukan pemilik dari berkat yang sudah diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita.