PEMBUNUH

Sebuah surat kabar melaporkan sebuah kekerasan tragis yang terjadi di Amerika Selatan. Seorang pria telah membunuh sahabatnya ketika mereka sedang berdebat mengenai perbedaan pandangan politik mereka. Ketika ditanya mengapa ia melakukannya, ia menjawab dengan kata-kata yang menakutkan ini: "Kami memulai diskusi dengan damai, hingga kemudian kami berdebat. Karena kehabisan kata-kata, saya membunuhnya."

Tragedi ini mengingatkan kita akan pengajaran Yesus dalam Matius 5 tentang hubungan yang erat antara amarah dan pembunuhan. Pertama-tama Dia menekankan bahwa amarah itu begitu serius (ayat 21-22). Dia memperingatkan kita bahwa amarah yang disertai kebencian sama seperti pembunuhan, yang juga akan dihukum oleh Allah. Kemudian Dia memberi nasihat praktis tentang bagaimana seseorang yang memiliki ganjalan di hatinya dapat meredakan amarah (ayat 23-26).

Kita semua harus benar-benar memperhatikan kemarahan yang ada dalam hati kita. Kita mungkin berpikir bahwa kita dapat mengendalikannya. Sayangnya, sering kali justru kemarahan itu yang mengendalikan diri kita dan menyebabkan kita berbuat hal-hal yang tidak mungkin kita lakukan pada saat kita berpikir jernih.
Itulah sebabnya kemarahan yang tak terselesaikan perlu dipandang sebagai bom waktu yang dapat meledak, menghancurkan diri sendiri, dan menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada diri orang lain. Memang benar bahwa tidak semua kemarahan itu salah. Namun semua amarah perlu disadari dan diakui sebelum hal itu membawa kita pada suatu "pembunuhan".


Yakobus 1 : 19 - 20
1:19. Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.