Semakin besar tantangan hidup yang kita hadapi, maka kita pun semakin rindu akan kehidupan rohani yang realistis, yang dapat membantu kita menghadapi tantangan tersebut.
Terlalu sering kita menjadi jemaat yang "berpikir sangat surgawi sehingga mengalami kesulitan untuk berpikir secara duniawi." Ya, kebanyakan dari antara kita jarang bisa menyeimbangkan antara hal-hal yang bersifat rohani dan hal-hal yang realistis.
Penulis Os Guinness mengungkapkan bahwa biasanya kita "berpikir terlalu realistis sehingga mengorbankan hal-hal yang rohani atau sebaliknya berpikir terlalu rohani sehingga mengorbankan hal-hal yang bersifat realistis." Secara paradoks, hanya Allah yang dapat melakukan keduanya dnegan seimbang. Allah menjadi realistis dalam diri Yesus Kristus yang datang ke dunia. Yesus, sang Putra Allah, benar-benar menjelma menjadi manusia. Itu sebabnya Guinness berkata bahwa sosok yang paling rohani itu (Allah) telah bersikap paling realistis.
Cara Allah menghadapi Elia merupakan sebuah contoh sikap Allah yang realistis. Guinness menunjukkan bahwa "Allah menolong depresi Elia bukan dengan mengkhotbahinya, melainkan dengan memintanya makan dan tidur." Setelah itu, barulah Dia memberitahukan kesalahan Elia dengan lembut.
Jika Anda patah semangat karena terlalu lelah atau bekerja terlalu keras, mungkin pertolongan pertama yang Allah sarankan bagi Anda adalah tidur lebih banyak atau berlibur satu hari.
Pertolongan yang paling realistis biasanya justru menjadi pertolongan yang paling rohani.
Markus 6:31