MOTIVASI PELAYANAN YANG TIDAK MURNI !






Tuhan menginginkan setiap kita untuk melakukan segala sesuatu dengan hati yang murni. Di dalam 1 Petrus 2 : 9 berkata, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu yang memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa kita adalah umat-umat pilihan yang dipilih untuk menjadi pelayan bukan hanya sebagai seorang jemaat karena kita semua adalah hamba-hamba Tuhan.




Sebagai seorang pelayan Tuhan, kita perlu waspada terhadap setiap motivasi-motivasi pelayanan kita. Bulan ini kita sedang berada di dalam tema “Be Watchful” atau waspadalah, dimana kita harus terus belajar untuk menjadi waspada dalam segala hal termasuk motivasi kita termasuk motivasi yang tidak murni dalam pelayanan. Mungkin dalam benak kita, pelayanan adalah menjadi pemain musik, Usher, Worship Leader, ataupun pengkhotbah yang selalu tampil di depan mimbar. Tetapi perlu kita ketahui bahwa pelayanan tidak hanya di dalam lingkup gereja. Dalam keseharian kita dalam mengikuti kehendak TUHAN pun adalah salah satu bentuk pelayanan kita.




Eli adalah salah satu hamba TUHAN yang telah melayani umat-Nya dengan sangat baik. Tetapi, karena ia tidak mewaspadai motivasi-motivasi yang salah, maka iapun jatuh kedalam dosa. Di dalam 1 Samuel 2 : 29 berkata, ”Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?” Ayat ini menjelaskan mengenai apa saja yang telah membuat TUHAN murka kepada Eli. Pertama, kata “loba” di dalam ayat ini berarti serakah akan hal-hal yang bukan milik sendiri. Eli menjadi serakah akan korban sembelihan yang seharusnya menjadi hak TUHAN. Selain itu hal yang kedua, Eli juga lebih menghormati anak-anaknya daripada TUHAN. Hal ini berarti Eli tidak lagi meletakkan TUHAN sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Sedangkan hal yang terakhir, Eli menggemukkan dirinya sendiri dan mencari keuntungan secara pribadi sehingga iapun menjadi egois dan melupakan esensi dari korban sembelihan.




Selain Eli, anak-anak Eli juga melakukan dosa yang sama. Hofni dan Pinehas juga melayani di bait Allah dengan motivasi yang sangat salah. Dapat kit abaca di dalam 1 Samuel 2 : 12 -16 dan juga di dalam 1 Samuel 2 : 22 yang mengatakan bahwa Hofni dan Pinehas bersalah atas motivasi mereka dalam melayani. Pertama, mereka tidak mengindahkan TUHAN. Dalam bahasa aslinya, kata mengindahkan berasal dari kata “Yahda”, yang berarti mengenal. Jika seseorang tidak mengindahkan TUHAN, maka orang itu tidak mengenal TUHAN. Kedua, Hofni dan Pinehas serakah dan mencuri apa yang menjadi milik TUHAN. Mungkin kita tidak pernah mencuri sesuatu yang bersifat fisik termasuk perpuluhan kita kepada Tuhan. Tetapi kita juga harus waspada agar tidak mencuri Kemuliaan TUHAN ketika melayani. Hal ini benar-benar harus diwaspadai. Karena TUHAN adalah satu-satunya yang layak mendapatkan kemuliaan. Ketiga, Hofni dan Pinehas mengancam jemaat. Bahkan, dalam ayat 16, mereka mengancam akan menggunakan kekerasan kepada jemaat dan mereka tidak lagi layak disebut sebagai pelayan TUHAN. Karena yang mereka lakukan adalah melayani diri mereka sendiri. Keempat, Hofni dan Pinehas tidak hidup dalam kekudusan. Dalam ayat 22, tertulis bahwa mereka tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Mereka melupakan kasih Agape yang seharusnya mereka contoh dari TUHAN. Karena itu, untuk menghindari itu semua, kita harus tetap mengembangkan kasih Agape kita kepada TUHAN dan terus menjaga kekudusan kehidupan kita.




Hukuman bagi mereka yang bermain-main dengan hal ini adalah kematian. Baik Eli, maupun Hofni dan Pinehas mengalami kematian yang tragis. Ini membuktikan bagaimana TUHAN membenci hal ini. Lalu, apakah hal-hal yang pantas disebut sebagai motivasi murni dalam melayani TUHAN? Jika kita membaca di dalam Mazmur 84 : 1 - 11 dimana mazmur ini ditulis oleh Bani Korah. Bani Korah adalah orang yang luar biasa dalam menciptakan mazmur bagi TUHAN. Namun, nenek moyang mereka bukanlah orang yang mengikuti kehendak TUHAN dengan baik. Dulunya, nenek moyang Bani Korah memberontak kepada TUHAN. Karenanya, TUHAN membuat bumi menelannya hidup-hidup termasuk semua pengikutnya. Namun, bani Korah Tidak Kecewa kepada TUHAN. Ia tetap mengikuti TUHAN walaupun TUHAN telah menghukum nenek moyangnya dengan keras.




Sama halnya seperti seorang Bani Korah yang memiliki teladan dalam memiliki motivasi yang murni dimana dalam pelayanan akan Tuhan adalah tidak kecewa terhadap apapun juga. Mengapa? Petama, Karena setiap kali kita kecewa, kita akan bersungut-sungut kepada TUHAN. Di dalam Bilangan 11 : 1 menjelaskan bahwa ketika bangsa Israel bersungut-sungut, murka TUHAN bangkit di antara mereka. TUHAN membenci orang-orang yang tidak bersyukur; karena berkat TUHAN adalah berkat yang terbaik bagi setiap orang. Kemudian, TUHAN akan membuat apa yang kita keluhkan benar-benar terjadi. Bahkan, ia akan membatalkan janji-Nya, sama seperti yang TUHAN lakukan kepada bangsa bangsa Israel ketika berada di dalam padang gurun.




Kedua, kita harus menjadi lapar dan haus akan TUHAN. Jemaat Efesus adalah Jemaat yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang mau berjerih payah, tekun, sabar, tidak kompromi pada dosa, dan mau berkorban bagi TUHAN. Tetapi Wahyu 2 : 4 berkata,”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.” TUHAN ingin kita agar kita tetap haus dan lapar akan Tuhan.




Ketiga, kita harus menjadi jawaban bagi orang-orang yang membutuhkan kita. Charles Spurgeon adalah seorang pendeta yang terkadang menjual telur-telur ayamnya. Biasanya, kita akan memberi diskon kepada kerabat-kerabat dekat kita. Tetapi, Charles Spurgeon tidak melakukannya. Karena itu, ia disebut-sebut sebagai orang yang pelit. Sampai pada akhirnya orang lain mengetahui bahwa ia menggunakan laba dari penjualan telur tersebut untuk janda-janda miskin yang membutuhkan uang. Charles Spurgeon adalah seseorang yang telah berhasil melayani dengan motivasi yang murni.




Keempat adalah memiliki tujuan yang pasti. Apapun yang kita lakukan, TUHAN ingin agar kita benar-benar melakukannya dengan rencana dan rancangan yang pasti. Karena dengan rencana yang pasti, kita dapat mengetahui apa, bagaimana, kapan, dan mengapa kita melayani TUHAN. Terakhir adalah memprioritaskan hal-hal roahani. Jadikanlah kerohanian dalam TUHAN sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Karena dengan kerohanian dalam tempat tertinggi, kita dapat melakukan apapun yang TUHAN kehendaki dalam hidup kita.




Waspadailah semua motivasi buruk dalam melayani, dan lakukanlah yang terbaik untuk TUHAN, bukan untuk diri sendiri.

ALLAH YANG REALISTIS




Semakin besar tantangan hidup yang kita hadapi, maka kita pun semakin rindu akan kehidupan rohani yang realistis, yang dapat membantu kita menghadapi tantangan tersebut.



Terlalu sering kita menjadi jemaat yang "berpikir sangat surgawi sehingga mengalami kesulitan untuk berpikir secara duniawi." Ya, kebanyakan dari antara kita jarang bisa menyeimbangkan antara hal-hal yang bersifat rohani dan hal-hal yang realistis.



Penulis Os Guinness mengungkapkan bahwa biasanya kita "berpikir terlalu realistis sehingga mengorbankan hal-hal yang rohani atau sebaliknya berpikir terlalu rohani sehingga mengorbankan hal-hal yang bersifat realistis." Secara paradoks, hanya Allah yang dapat melakukan keduanya dnegan seimbang. Allah menjadi realistis dalam diri Yesus Kristus yang datang ke dunia. Yesus, sang Putra Allah, benar-benar menjelma menjadi manusia. Itu sebabnya Guinness berkata bahwa sosok yang paling rohani itu (Allah) telah bersikap paling realistis.



Cara Allah menghadapi Elia merupakan sebuah contoh sikap Allah yang realistis. Guinness menunjukkan bahwa "Allah menolong depresi Elia bukan dengan mengkhotbahinya, melainkan dengan memintanya makan dan tidur." Setelah itu, barulah Dia memberitahukan kesalahan Elia dengan lembut.



Jika Anda patah semangat karena terlalu lelah atau bekerja terlalu keras, mungkin pertolongan pertama yang Allah sarankan bagi Anda adalah tidur lebih banyak atau berlibur satu hari.



Pertolongan yang paling realistis biasanya justru menjadi pertolongan yang paling rohani.



Markus 6:31


Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.