LOVE THEM !

SEPUCUK SURAT DARI AYAH DAN IBU




Anakku,


Ketika aku menjadi tua,


Kuharap kamu mengerti dan bersabar kepadaku



Jikalau aku memecahkan piring atau menumpahkan sup dimeja


itu karena .... tanganku semakin lemah dan mataku semakin kabur,



Aku harap engkau tidak berteriak dan membentakku



Orang yang tua sangat peka dan mudah tersinggung


..... sering mengasihani diri sendiri ketika engkau berkata


dengan nada dan suara yang keras



Ketika pendengaranku berkurang


dan tidak dapat mendengarkan apa yang kamu katakan


Aku harap kamu tidak memanggilku "Tuli"


Tolong ulangi apa yang kamu katakan,


atau tuliskan di sehelai kertas apa yang kamu ucapkan



Maafkan aku, anakku


Aku telah menjadi tua



Ketika lututku menjadi lemah


Kuberharap engkau bersabar membantuku untuk berdiri.



Seperti yang pernah kulakukan ketika kamu masih kecil


Belajar untuk berjalan


Tolong papahlah aku



Ketika aku terus mengulangi kata-kataku


seperti rekaman yang rusak


Kuberharap engkau terus mendengarkanku


Jangan menganggap itu hal yang lucu atau


bosan mendengarkanku



Apakah engkau masih ingat ketika masih kecil


dan menginginkan sebuah balon ?


Kamu mengulangi kata-katamu hingga kamu memperolehnya



........... Juga maafkan, bau badanku


Aku berbau tidak sedap sebagaimana bau orang yang sudah tua


Jangan memaksaku untuk mandi


Tubuhku sudah lemah


Orang yang tua mudah sakit ketika mereka kedinginan


Kumohon engkau tidak merasa jijik akan aku



Apakah engkau masih ingat ketika masih kecil


Aku mengejarmu kesana kemari


karena kamu tidak mau mandi



Kuharap engkau dapat bersabar kepadaku


ketika aku sering ngambek


Itu bagian dari menjadi tua


Kamu akan mengerti ketika engkau menjadi tua



Dan jika engkau mempunyai waktu luang


Kuberharap kita dapat berbincang


walau hanya beberapa menit saja



Aku selalu sendirian dan kesepian


dan tidak siapapun yang dapat aku ajak bicara


Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaanmu


Bahkan ketika engkau tidak suka cerita-ceritaku


Sediakan waktu untukku



Apakah engkau masih ingat ketika masih kecil


Aku selalu mendengarkan cerita-ceritamu


tentang boneka dan mainanmu



Ketika waktunya tiba ....


Aku sakit dan hanya terbaring di ranjang


Kuberharap engkau bersabar untuk merawatku



Maafkan aku, anakku .......


Jika aku tidak sengaja membuat basah tempat tidur


dan mengotorinya



Kuberharap engkau bersabar merawatku


selama beberapa waktu akhir kehidupanku



Lagipula, aku tidak akan bertahan lebih lama lagi


Ketika waktu kematianku telah tiba ...


Kuharap engkau memegang tanganku


dan memberikan kekuatan bagiku untuk menghadapinya



Dan jangan kuatir .....


Ketika akhirnya aku bertemu Sang Pencipa kita ....


Aku akan membisikkan ke telingaNya


untuk memberkati hidupmu


Karena engkau mengasihi ayah dan ibumu



Terima kasih untuk perhatianmu yang begitu besar



Kami mengasihimu,


ayah dan ibu



MENGASIHI ORANG TUA ADALAH KEHENDAK TUHAN !



KELUARAN 20 : 12


Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.


"MENCURI" (MILIK MANUSIA = MILIK ALLAH)

Seorang pencuri di New Jersey melakukan pencurian sebanyak 7.000 dolar dalam bentuk perhiasan, koin kuno, dan uang tunai dari seorang janda. Semua barang yang dicuri tersebut merupakan barang-barang peninggalan suaminya yang masih tersisa.

Saat memilah-milah barang curiannya, pencuri itu menemukan beberapa amplop persembahan gereja berisi uang yang akan dipersembahkan wanita itu kepada Tuhan. Tanpa melihat isinya terlebih dahulu, pencuri itu langsung memasukkan semuanya ke dalam amplop lain, menuliskan alamat, lalu mengirimkannya ke gereja wanita itu.


Ketika sang pendeta tahu apa yang telah terjadi, ia berkomentar, "Ini adalah ciri khas kebingungan moral zaman ini. Orang berpikir bahwa mencuri dari janda dan anak-anak dianggap tidak apa-apa, sementara mencuri dari gereja dianggap tindakan tercela."

Pencuri itu mengabaikan satu kebenaran penting: Dosa terhadap sesama adalah dosa terhadap Allah. Mungkin kita semua cenderung berpikir bahwa batas harta kepunyaan Allah berakhir di belakang gereja. Namun, sebenarnya tidaklah demikian. Segala harta benda di dunia ini dan setiap orang adalah kepunyaan Allah. Jika kita menghormati Dia, itu berarti kita juga harus menghormati harta benda yang telah dipercayakan Allah kepada anak-anak-Nya.

Orang yang takut akan Allah dan yang menyadari bahwa berbuat dosa terhadap sesama berarti berdosa terhadap Dia adalah seorang yang bijaksana.

- SEGALA SESUATU ADALAH MILIK ALLAH, KITA HANYALAH PENGELOLANYA -

Roma 11 :36


Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

PRIORITY ON THE MOON

Apollo 11 landed on the lunar surface on Sunday, July 20, 1969. Most of us know Armstrong's historic statement as he set foot on the lunar surface, "To a man, this is indeed a small step, but a giant step for mankind." However, few people know the first food eaten there.

In aerospace, Buzz Aldrin had brought a box of holy communion provided by his local church. Aldrin sent a radio broadcast to earth asking listeners to contemplate the events that happened that day, then gave thanks to God.

Then, without a broadcast over the radio in order to maintain privacy, Aldrin poured wine into a silver cup. He read, "I am the vine, ye are the branches: He that abideth in me, and I in him, the same bringeth forth much fruit: for without me ye can do nothing. " (John 15:5). In silence, he gave thanks and ate bread and drank wine.


God is everywhere, and our worship should reflect the reality. Wherever we go, God is near to us ( Psalm 139 ). Buzz Aldrin celebrated that experience on the lunar surface. Being thousands of kilometers away from earth, he took the time to converse with the One who creates, redeems, and fellowships with him.

Whether you are away from home? On a mountain top or a dark abyss? Whatever your situation, your fellowship with God in Christ is just by means of prayer.




PSALM 139 : 1 - 12


139:1 O lord, thou hast searched me, and known me. 139:2 Thou knowest my downsitting and mine uprising, thou understandest my thought afar off. 139:3 Thou compassest my path and my lying down, and art acquainted with all my ways. 139:4 For there is not a word in my tongue, but, lo, O LORD, thou knowest it altogether. 139:5 Thou hast beset me behind and before, and laid thine hand upon me. 139:6 Such knowledge is too wonderful for me; it is high, I cannot attain unto it. 139:7 Whither shall I go from thy spirit? or whither shall I flee from thy presence? 139:8 If I ascend up into heaven, thou art there: if I make my bed in hell, behold, thou art there. 139:9 If I take the wings of the morning, and dwell in the uttermost parts of the sea; 139:10 Even there shall thy hand lead me, and thy right hand shall hold me. 139:11 If I say, Surely the darkness shall cover me; even the night shall be light about me. 139:12 Yea, the darkness hideth not from thee; but the night shineth as the day: the darkness and the light are both alike to thee.




PRIORITAS DI BULAN


Apollo 11 mendarat di permukaan bulan pada Minggu, 20 Juli 1969. Kebanyakan kita tahu pernyataan bersejarah Armstrong ketika ia menapakkan kaki di permukaan bulan, "Bagi seorang manusia, ini memang langkah kecil; tetapi ini langkah raksasa bagi umat manusia." Namun, hanya sedikit orang yang mengetahui makanan pertama yang disantap di sana.


Dalam pesawat angkasa luar itu, Buzz Aldrin telah membawa sebuah kotak perjamuan suci yang disediakan gerejanya. Aldrin mengirimkan siaran radio ke bumi untuk meminta para pendengarnya merenungkan berbagai peristiwa yang terjadi hari itu, kemudian mengucap syukur.



Lalu, tanpa disiarkan melalui radio demi menjaga keleluasaan pribadi, Aldrin menuang anggur ke dalam piala perak. Ia membaca, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Siapa saja yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak" (Yohanes 15:5). Dalam keheningan, ia mengucap syukur, makan roti, dan minum anggur.



Allah ada di mana-mana, dan penyembahan kita harus mencerminkan kenyataan ini. Dalam Mazmur 139 dikatakan bahwa ke mana pun kita pergi, Allah berada dekat dengan kita. Buzz Aldrin merayakan pengalaman itu di permukaan bulan. Dalam jarak ribuan kilometer jauhnya dari bumi, ia meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan Dia yang menciptakan, menebus, dan bersekutu dengannya.



Apakah Anda jauh dari rumah? Apakah Anda seakan-akan berada di puncak gunung atau jurang yang gelap? Apa pun situasi Anda, persekutuan Anda dengan Allah di dalam Kristus hanyalah sejauh doa.



MAZMUR 139 : 1 - 12


139:1. Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; 139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 139:3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 139:4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. 139:5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 139:6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. 139:7. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. 139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. 139:11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," 139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

WARBLER



Burung warbler yang mungil dan berleher putih, menghabiskan musim panasnya di Jerman dan musim dinginnya di Afrika. Ketika hari-hari semakin pendek karena pergantian musim, burung dewasa menuju ke utara, meninggalkan anak-anak mereka. Beberapa minggu kemudian, burung-burung muda itu terbang ribuan kilometer melintasi daratan dan lautan yang asing untuk bergabung dengan keluarga mereka.


Bagaimana mereka bisa menemukan tempat yang sama sekali asing bagi mereka? Eksperimen ilmiah menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan naluriah tentang garis bujur, garis lintang, dan kemampuan mengetahui arah dengan pedoman bintang. Allah memberi mereka kalender, jam, dan data navigasi yang diperlukan untuk terbang ribuan kilometer ke tempat induk mereka.


Para ahli evolusi mengatakan, dunia yang menakjubkan dan rumit ini terbentuk secara kebetulan. Namun, apakah itu lebih mudah diterima daripada percaya bahwa Allah menciptakan burung warbler yang menakjubkan ini? Bagi saya, anggapan bahwa semuanya itu terjadi secara kebetulan justru tidak masuk akal.


Hikmat Allah dapat dilihat jelas pada ciptaan-Nya. Hasil perbuatan tangan-Nya di alam semesta ini menyatakan dengan jelas akan keberadaan dan kuasa-Nya, sehingga Paulus menggunakannya sebagai argumen untuk menyatakan kesalahan manusia dan penghukuman. Ia menulis bahwa manusia tidak dapat berdalih untuk tidak beriman kepada Allah yang telah menciptakan semuanya itu.


Roma 1 : 18 - 25


1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. 1:19. Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. 1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. 1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. 1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. 1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. 1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. 1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.


BE SPOTLESS

Konsep tidak bercacat pertama kali muncul pada kisah Harun saat menyeleksi umat Israel yang layak menjadi imam dalam mempersembahkan bakaran bagi Allah. Di dalam Imamat 21 : 17-21 tercatat,



"21:17 "Katakanlah kepada Harun, begini: Setiap orang dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, janganlah datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya,

21:18 karena setiap orang yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang, orang yang bercacat mukanya, orang yang terlalu panjang anggotanya,


21:19 orang yang patah kakinya atau tangannya,


21:20 orang yang berbongkol atau yang kerdil badannya atau yang bular matanya, orang yang berkedal atau berkurap atau yang rusak buah pelirnya.


21:21 Setiap orang dari keturunan imam Harun, yang bercacat badannya, janganlah datang untuk mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN; karena badannya bercacat janganlah ia datang dekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya".



Pemahaman tidak bercacat pada Perjanjian Lama secara lahiriah dan dapat dinilai secara jasmani. Hal ini bertolak belakang dengan Perjanjian Baru yang dinyatakan 1 Petrus 2 : 9 yang ditujukan kepada orang Yahudi secara keseluruhan, dan umat Tuhan sebagai gerejaNya.


Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.



Pengertian tidak bercacat pada Perjanjian Lama tidak boleh dijadikan satu-satunya tolak ukur bagi umat Kristiani. Selama ini, konsep tanpa noda pada Perjanjian Lama telah disalah mengerti oleh runtutan generasi yang akhirnya terus menghasilkan buah yang buruk.



Kesalahpahaman manusia dalam memakai konsep di PL telah membawa penyimpangan pada aplikasinya dan terus diturunkan pada anak cucunya. Contohnya adalah munculnya para imam Farisi, orang Saduki dan ahli taurat. Mereka hanya berfokus dan mementingkan keadaan lahiriah dalam beribadah.



Orang-orang ini lebih mementingkan apa yang terlihat diluar, mencari penghormatan dari orang sekitar melalui kegiatan ibadah yang rutin mereka lakukan.



Pemahaman yang salah ini terus menerus berlanjut hingga akhirnya Rasul Paulus menulis di dalam surat Filipi 3 : 18 - 19,



3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.


3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.



Manusia tidak pernah pusing ketika buah roh tidak terpenuhi, dan menyepelekan dosa yang mereka perbuat. Tetapi mereka cenderung kuatir dan bingung ketika perut kosong. Inilah salah satu bukti bahwa selama ini manusia secara tidak sadar telah dilingkupi oleh pemahaman yang salah mengenai tanpa noda dari segi lahiriah.



Saat ini, bergereja bukan tentang aktif melayani, mengalami kepenuhan. Tetapi perlu dikaji ulang apakah yang menjadi dasar motivasinya dalam ibadah.



Yesus Tuhan pernah menegur dengan keras orang Farisi yang tercatat pada Matius 23 : 26 - 27 ,



26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.


27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.



Melalui ungkapan Yesus tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak bercacat tidak hanya ditinjau dari segi lahiriah, tetapi justru diawali dalam diri kita.



Tidak bercacat harus dipahami dalam kerangka kedatangan Yesus yang kedua. Jadi ketidakcacatan harus didapati dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus. Orang Yahudi memulai ketidakcatatannya dari sisi jasmani. Tapi Tuhan menuntut kita untuk memulainya dari roh. Hal ini tertulis di dalam 1 Tesalonika 5 : 23,



Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.



Orang percaya yang lahir baru masih sering jatuh bangun dalam dosa. Hal ini dikarenakan ia memiliki prioritas yang salah dalam mengusahakan hidup kudus. Jika dimulai dari tubuh / fisik, kekudusan tidak akan terjaga lama, karena daging ini lemah. Sebaliknya kalau prioritas itu adalah roh maka roh akan menguasai jiwa dan mengarahkan tubuh untuk bergerak sesuai dengan kehendak Tuhan.



Poin terpenting kedua setelah memulai dengan roh ialah terus memenuhi hidup dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan akan berdiam dalam suatu tempat didalam kita. Ibrani 4 : 12 menyatakan,



4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.



Firman Tuhan akan menjadi lapisan pelindung baru dalam antara jiwa dan roh yang akan membantu kita menjadi tidak bercacat dalam menyambut kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya.



Hidup ini tidak mudah. Tetapi hidup akan menjadi mudah ketika roh dan Firman menyatu. Orang kudus dapat jatuh dalam dosa tetapi tidak hidup dalam dosa.



Mari kita hidup tanpa bercacat dalam menyambut kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya dengan prioritas roh kita dan Firman Tuhan.