PAST-PRESENT-FUTURE

Pada lukisan "An Allegory of Prudence", seniman Venesia abad ke-16, Titian, memotret Kebijaksanaan sebagai seorang lelaki berkepala tiga. Kepala pertama adalah kepala orang muda yang menghadap masa depan, yang kedua kepala orang dewasa yang menatap masa kini, dan yang ketiga kepala orang tua bijaksana yang menatap masa lampau. Di atas kepala mereka, Titian menulis ungkapan Latin yang artinya, "Dari contoh masa lalu, manusia masa kini bertindak bijaksana supaya tidak menghancurkan masa depan.

Kita butuh hikmat seperti itu untuk mengatasi kecemasan akibat kegagalan masa lampau, dan ketakutan akan terulangnya kegagalan yang sama di masa datang, yaitu kecemasan yang terus menghalangi kita hidup sepenuhnya di masa kini.
Paulus bisa melupakan masa lalunya dan menantikan masa depannya. Itu tidak berarti bahwa ingatannya dihapus. Ini berarti Paulus bebas dari rasa bersalah dan kesombongan yang ia rasakan akibat perbuatannya di masa lampau, karena Allah telah mengampuninya. Sikap ini memungkinkannya hidup di masa kini dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Yesus Kristus. Ia punya hasrat yang mendorongnya, yaitu mengenal Kristus lebih baik.

Sambil menutup tahun 2010, mari kita arahkan kembali diri kita kepada Kristus. Yesus akan memampukan kita untuk hidup sepenuh-nya di masa kini, karena kita memperoleh kebijaksanaan dari masa lampau dan menghadapi masa depan dengan penuh keberanian.
Filipi 3 : 13 - 14
13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

DEAD SEA

Laut Mati itu mati karena kekikirannya. Tahun berganti tahun, laut itu senantiasa menerima aliran air tetapi tak pernah mengalirkan air keluar. Ada yang masuk, tetapi tak ada yang keluar. Ini sama dengan orang yang selalu menerima makanan rohani tetapi tak pernah mau membagikannya kepada orang lain. Pada akhirnya, kehidupan rohaninya akan mati.

Seorang siswa menemui seorang dosennya dan mengeluh bahwa ia tidak mencapai kemajuan dalam pelajarannya. Lalu, ia bertanya apakah ia memang memerlukan seorang guru privat. "Seorang guru privat?" kata profesor yang bijak itu. "Yang kamu butuhkan adalah seorang murid!"
Penulis dari surat yang ditujukan bagi jemaat di Ibrani mengancam jemaat itu karena mereka seharusnya sudah mampu menjadi pengajar, namun sebaliknya mereka malah seperti bayi yang masih minum susu rohani. Yesus mengajarkan bahwa kita harus bermurah hati dalam melayani orang lain.

Seorang pria berkata kepada saya, "Saya tidak belajar banyak dari Alkitab sampai saya mulai mengajar Sekolah Minggu. Sejak itu saya mulai membagikan Firman, dan bukan hanya menerima." Cara yang paling baik untuk belajar adalah dengan mengajar orang lain. Berapa banyak yang Anda berikan setelah Anda menerima? Pelajarilah Firman, bukan hanya untuk mencari berkat dan keuntungan pribadi, tetapi juga untuk dibagikan kepada sesama.
Mengapa Laut Mati itu mati? Sebab laut itu terlalu banyak menerima dan tidak pernah memberi. Jangan lakukan kesalahan yang sama. Pada hari ini, ceritakan kepada seseorang apa yang telah Anda pelajari. Bagikan berkat dan Anda akan diberkati.
Lukas 6:38
Berilah dan kamu akan diberi.

BERTUMBUH DEWASA

Bila tidak berhati-hati, maka orang Kristen dapat kehilangan makna Natal yang sebenarnya. Halford E. Luccock memperingatkan mengenai bahaya ini dalam tulisannya yang begitu menggugah pikiran kita. Ia menulis: "Kita dapat terpesona dengan kisah tentang seorang bayi yang membuat kita begitu sentimentil. Namun kisah ini tidak mendorong kita untuk berbuat sesuatu dan juga tidak menuntut perubahan dalam cara berpikir dan cara hidup kita.
Pertanyaan yang penting bagi kita ialah: Apakah Natal yang kita rayakan hanya merupakan cerita mengenai seorang bayi, ataukah lebih dari itu, kisah abadi mengenai seorang bayi yang bertumbuh menjadi sesosok Pribadi yang menebus dunia ini dari segala dosanya, dan yang telah memanggil kita untuk bersekutu, dengan tujuan-Nya yang agung dan mulia?"

Ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf, ia berkata, "Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21). Kita dapat menangkap makna kedatangan Kristus secara utuh bila kita juga melihat kelahiran Yesus dari sisi penyaliban dan kebangkitan-Nya.
Dengan mata yang terbuka lebar di hari Natal ini, tanggapilah Allah dengan kasih dan komitmen atas diberikan-Nya sang Putra kepada kita. Arahkan pikiran, tindakan, dan motivasi Anda untuk memuliakan sang Bayi yang telah bertumbuh dewasa dan mati untuk dosa-dosa kita.

Ibrani: 12
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

PENGAMPUNAN KIM PHUC


Saat perang Vietnam, seorang tentara Amerika menjatuhkan bom dari pesawat dan melukai bocah perempuan berusia 9 tahun, bernama Kim Phuc. Sekujur tubuh Kim terbakar. Namun, karena keajaiban Tuhan, setelah 17 kali dioperasi, Kim bisa terus hidup sampai kini. Setelah mengikut Kristus, ia menyatakan sudah mengampuni orang yang melukainya.
Suatu hari, seorang pendeta menemuinya dan memohon maaf kepadanya dengan air mata berlinang. Rupanya, dialah mantan tentara yang menjatuhkan bom waktu itu! Ia telah bertobat.

Setiap orang membutuhkan pengakuan dosa. Itu sebabnya, Yakobus menasihati jemaat agar "saling mengaku dosa". Dosa yang tidak kita selesaikan bisa mengakibatkan penderitaan, bahkan penyakit. Bagaikan sampah yang dipendam di hati. Jika dibiarkan, sampah itu akan merusak dan membuat kita hidup dalam dendam dan kepahitan. Hanya lewat pengakuan, hidup kita akan dilegakan, batin pun dibebaskan dari rasa bersalah. Dan, alangkah baiknya bila pengakuan itu kita lakukan di hadapan Tuhan, juga di hadapan orang yang telah kita lukai. Ini akan menjadikan kita "benar". Kita disebut "benar" bukan karena tak pernah berbuat dosa, melainkan karena kita mau mengakui dosa, hingga dibenarkan Tuhan.

Mari periksa diri kita; adakah dosa yang telah lama kita simpan dan belum diakui di hadapan Tuhan? Bila ada, mari segera mengaku dosa kepada-Nya. Juga meminta maaf kepada orang yang kita lukai. Dia akan membuang beban di hati kita.
Yakobus 5 : 16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh.